18 April 2013

Antara PSD, Distro, Barang Bajakan, Antifake, dan sejenisnya


Akhir-akhir ini sering liat postingan di Facebook Petersaysdenim seperti ini :

akhir akhir ini marak pedagang pedagang yg ngaku ngaku jualan ORI,padahal nyatanya tidak,yg ORI terdaftar di web kita! hati" KEEP ORIGINAL

Gue jadi pengen nulis deh, :D. Gak ada yang meragukan Petersaysdenim. Thumbs Up deh buat PSD. Tapi, memang harus ada tapi, hehehe. Apapun (di Indonesia) kalau itu merk terkenal, apalagi harganya mahal, pasti ada versi KW-nya yang lebih murah. Kira-kira kalau kita beli sepotong kaos ORI, mungkin bisa untuk beli 5 kaos KW, hehe. Tapi ada juga pedagang yang sangat nakal. Barang KW dijual dengan harga mendekati barang ORI, jengkelin kan??

Masyarakat Indonesia yang ekonominya kurang sehat, sangat rentan kalau diserang oleh produk-produk berharga "tak wajar". Seringkali mereka terperangkap oleh trend, yang satu bela-belain beli yang ORI meskipun harus puasa selama sebulan. Yang lainnya mending beli barang KW toh tetep keren kok kalau dipake (pede, haha).

Sebenernya siapa sih yang salah atau yang bener??? Agak bingung juga sebenernya kalau harus nentuin mana yang bener mana yang salah. Soalnya tiap individu punya pembelaan sendiri-sendiri.

Pertama, pihak yang jiplak PSD dan brand-brand lain. Secara harfiah mereka sudah salah karena telah terbukti "menjiplak". Tapi mereka punya pembelaan, mereka berdalih kalo barang ORI itu mahal sehingga masyarakat yang kurang mampu jadi tidak bisa pakai. Nah pembelaan itu pun salah lho, sama saja mereka menumpahkan kesalahan ke konsumen, hehe.

Kedua, konsumen yang beli barang KW. Yap, merekapun salah. Mereka terperdaya trend dan gengsi. Sadar bahwa keuangannya kurang baik, mereka pindah ke barang KW. Karena itu citra eksklusif barang "distro" pun hilang. Dahulu kala barang "distro" itu terkenal dengan produksinya yang terbatas, sehingga lebih eksklusif.

Ketiga, konsumen yang beli barang ORI. Kenapa mereka bisa disalahkan? Karena secara tidak sadar mereka juga ikut andil dalam membangun trend itu. Mereka yang anak orang kaya, pergi kesana kemari dengan kaos yang keren dan ternyata harganya mahal. Masyarakat yang kurang mampu kepengen tapi gak punya duit berlebih. Hal ini ditangkap dengan jitu oleh jiplakers dan akhirnya keluh kesah masyarakat yang pengen barang serupa tapi murah pun terwujud. Dalam barang KW.

Keempat, golongan masyarakat yang maksa beli barang ORI. Haha, ini hal yang gue sering ketawain. Terkadang ada beberapa masyarakat yang (maaf) kurang mampu tapi gengsi kalau pakai barang KW. Golongan jenis ini yang sangat parah. Soalnya sering kali dari golongan ini muncul benih-benih riak (sombong). Ini perkiraan gue pribadi sih, liat aja yang sering komen di FB PSD, liat juga nama akun Facebooknya dan isi komennya. Padahal udah jelas-jelas di postingannya itu ada harga berapa ...K. Eh masih aja di komennya tanya "ini harganya berapa bro??". Koplak!.  Atau kalo yang lain, seperti "menanyakan hal yang sudah dijelaskan sebelumnya". Istilah Talk Less Do More berlaku banget dalam hal ini.

Kelima, pihak PSD sendiri. Hehe maaf-maaf kate nih, tapi gue cek di Facebook PSD, tiap harinya ada sekitar 20 postingan (yang diulang-ulang dari hari sebelumnya) yang isinya "jualan" semua, hehe. Menurut gue sih langkah itu agak mengurangi sisi eksklusifitas PSD. *Perbandingannya sih Facebook OBEY Clothing.

Nah, kesimpulannya adalah, apapun itu barangnya kalau populer udah pasti ada versi KW-nya. Dan rata-rata barang populer itu harganya mahal. Mau nyalahin mereka yang pake barang KW??? Agak kurang bijak kayaknya, Indonesia masih negara miskin bung!. Gue jadi teringat kata-kata dosen di kuliah Filsafat, bahwa perbedaan antara yang benar dan yang salah itu terkadang samar-samar. Karena banyak faktor yang terdapat didalamnya.

Gue jadi inget dulu sekitar 6 tahun yang lalu booming merk Proshop dan Black ID. Saking populernya, brand itu laris manis di pasaran (baik yang ORI dan KW). Karena banyaknya barang KW, eksklusifitasnya menurun. Malah banyak orang yang kecewa karena beli barang ORI sering dikira barang palsu, karena saking banyaknya barang palsu berkeliaran diluar sana. Dan efeknya sekarang Proshop dan Black ID seperti hilang ditelan bumi.

Masalah yang sangat rumit dan kompleks bukan?? Haha. Emang bener kata dosen filsafat gue, perbedaan antara yang benar dan yang salah itu terkadang samar-samar. Harapan gue sih, brand PSD bisa terus survive. Tingkatkan eksklusifitasnya, promosinya di luar negeri, bikin event semacam SXSW di Indonesia dan yang pasti produknya lebih bersahabat dengan kantong pribumi, :D


*artikel ini hanya berisi kritik, saran, dan opini pribadi. ditulis untuk dijadikan bahan renungan semata.