16 January 2016

Analisis: Pasca Teror Jakarta, Kenapa Tidak Ada Bendera Indonesia Sebagai Foto Profil Akun Medsos?

Seperti biasa jika ada peristiwa besar yang terjadi sudah bisa dipastikan bakalan ada aksi membanding-bandingkan peristiwa yang sedang terjadi dan yang sudah berlalu. Saya rasa hal seperti ini sangat-sangat mengganggu karena peristiwa yang hampir sama pun tetap saja ada perbedaannya dan tidak pantas untuk dibanding-bandingkan.

Peristiwa kali ini adalah teror Sarinah yang dibandingkan dengan teror Paris. Meskipun tidak terlalu banyak diperbincangkan, tetapi ada saja orang yang membandingkan kenapa orang asing atau bahkan orang lokal tidak ada yang menggunakan gambar profil akun sosial media dengan bendera Indonesia sebagai aksi solidaritas.

Pada awalnya saya juga sempat heran kenapa orang Indonesianya saja tidak ada yang melakukan hal seperti itu. Dan setelah saya pikir dan analisa ternyata jawabannya sangatlah sederhana. Mau tahu?

Aksi solidaritas menggunakan simbol-simbol seperti ini sebenarnya mirip dengan yang terjadi di sepakbola. Misalnya saat derby Manchester di Old Trafford 2008. Dalam rangka memperingati 50 tahun Munich Air Disaster, Manchester United merilis jersey retro tanpa sponsor dan nama pemain. Dalam hal ini sudah jelas bahwa yang 'berduka' adalah Manchester United dan diekspresikan melalui jersey retronya tersebut. Manchester City yang menjadi lawannya menunjukkan 'aksi solidaritas' yang sama dengan menyingkirkan logo sponsor di bagian depan jersey.

Mirip kan dengan aksi solidaritas untuk teror Paris?

Orang-orang ramai memakai bendera Perancis yang dioverlay dengan foto profil akun sosial media mereka. Fitur ini secara khusus disediakan oleh Facebook. Foto profil bendera Perancis tersebut pertama kali saya lihat dari akun-akun user yang bernama khas Perancis (berarti orang Perancis atau orang asing lah yang pertama kali memakai foto profil bendera Perancis).

Dengan memakai teori solidaritas ala derby Manchester diatas, maka banyak orang (di seluruh dunia) yang kemudian memakai fitur foto profil bendera Perancis tersebut untuk akun sosial media mereka.

Disini sebenarnya kita sudah mendapatkan jawaban yang cukup jelas. Memakai bendera Perancis adalah cara mereka (yang terdampak oleh teror disana) mengekspresikan dukungan mereka kepada Perancis pada umumnya. Kita disini, yang tidak terdampak sama sekali ikut memakai bendera Perancis sebagai bentuk solidaritas dan menyuarakan bahwa 'kita selalu bersama-sama dengan Perancis'.

Hal yang berbeda justru ditunjukkan oleh masyarakat Indonesia. Alih-alih memakai bendera untuk aksi solidaritas, masyarakat Indonesia (netizen pada khususnya) lebih memilih mengekspresikan kekuatan mereka dengan tagar #kitatidaktakut dan menyingkirkan pembicaraan mengenai aksi teror tersebut. Terbukti, topik teror Jakarta hanya bertahan di trending pembicaraan kurang dari setengah hari saja. Meskipun masih ada beberapa yang membahas tentang teror Jakarta, tetapi isi kicauan lebih segar dan kadang nyeleneh (salah satu upaya untuk menunjukkan bahwa aksi teror gagal menakuti masyarkat Indonesia). Topik polisi ganteng dan tukang sate adalah salah satunya.

Jadi sudah jelas bahwa perbedaan reaksi masyarakat terhadap dua aksi teror di Paris dan Jakarta, turut mempengaruhi bentuk solidaritas yang disampaikan oleh publik dunia Kalau dulu Paris yang menjadi 'tuan rumahnya' maka wajar kalau kita ikut meniru cara mereka (memakai bendera Perancis). Dan karena sekarang Jakarta jadi tuan rumahnya, maka cara Indonesia-lah yang diikuti publik dunia (cukup hentikan pembicaraan tentang aksi teror tersebut, istilahnya; jangan dikasih panggung lah sensasi karya teroris itu). Terbukti tagar #kitatidaktakut juga banyak dipakai oleh netizen dari luar negeri, misalnya Filipina.

Dan yang paling penting sih, kita itu original. Nanti kalau ada yang pakai bendera Indonesia dikiranya ikut-ikutan lah. Bener aja sih, kemarin ada yang bikin logo lingkaran dan menara (kali ini diganti menara Monas), dan karena proporsi visualnya gak bagus, jadi malah mirip simbol titit. Akhirnya logo itu pun gak laku, hehe kasihan yang buat.

Semangat #IndonesiaKuat!.