13 September 2015

LULUS

Memutuskan untuk lulus tepat waktu (4 tahun/8 semester) di kampus saya sebenarnya adalah keputusan yang cukup beresiko. Apalagi untuk periode kelulusan semester genap tahun 2015 ini, ujian TA (tugas akhir/skripsi) dilakukan hanya 2 minggu menjelang lebaran.

Resiko pertama ada pada saat memutuskan untuk mengambil TA di semester 8. Hal itu sebenarnya wajib bagi yang sudah beres kuliah di semester 1-7. Tapi beberapa teman saya tidak mengambilnya dan justru mengulang mata kuliah (demi memperbaiki nilai).

Oke, hanya ada beberapa teman saja yang mengambil TA di semester 8 ini. Dan mayoritas dari mereka terpaku oleh mindset bahwa TA itu baru bisa selesai 2 semester (tergantung tema TA yang diambil sih). Jadi wajar dari 20'an mahasiswa angkatanku yang ambil TA, hanya 2 orang saja yang berhasil lolos dari lubang jarum (selesai TA 1 semester/lulus tepat waktu). Sepi.

Kesepian itu ditambah waktu ujian yang mepet dengan lebaran (mayoritas sudah pulang kampung) sehingga hanya beberapa teman saja yang menemani kita ujian. Tapi setidaknya mereka sudah menjadi tempat berbagi kebahagiaan saat kita keluar dari tempat ujian dengan keputusan LULUS.

Selanjutnya, wisuda menurut saya hanya seremonial belaka. Dan acara ini lebih banyak ditujukan untuk berkumpul bersama keluarga (menikmati kelulusan). Kenapa begitu? Karena seperti yang dibahas diatas, saya dan teman saya hanya 2 orang yang berhasil lulus tepat waktu dari angkatan 2011. Coba bayangkan jika dalam ruangan wisuda hanya ada 2 orang dari angkatanmu yang lulus. Atmosfernya berbeda jika ada banyak teman yang lulus bersama-sama. Pasti lebih gayeng.

Otomatis kebersamaan bersama keluarga menjadi lebih terasa dibandingkan merayakan kelulusan bersama teman-teman seangkatan. Apalagi waktu itu wisuda dilakukan hari Sabtu (hari libur kuliah). Banyak teman-teman yang tidak bisa datang, beberapa diantaranya sedang sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Berkarya atau bahkan menyiapkan proposal untuk tugas akhir selanjutnya.

Intensitas mempersiapkan proposal tugas akhir seperti itu sudah pernah saya rasakan sebelumnya dan saya memaklumi itu karena kita memang harus benar-benar fokus untuk meraih apa yang kita inginkan. Kita memang harus mengesampingkan hal-hal lain, termasuk yang sifatnya hanya seremonial belaka.

Jadi kesimpulannya, momen kelulusan untuk setiap mahasiswa sebenarnya ada pada saat kita ujian tugas akhir (skripsi). Momen tersebut kita rayakan dengan teman-teman yang selalu setia mendukung di lapangan (dan juga mungkin dengan keluarga yang mendukung di rumah). Tidak ada salahnya wisuda kalian sepi karena itu cuma seremonial belaka. Karena momen seperti itu memang ditujukan untuk bersama keluarga dan beruntunglah jika kalian bisa melakukannya.

Saya tidak ingin terperangkap oleh hegemoni sebuah acara seremonial yang seolah-olah menjadi garis akhir dari segalanya. Justru ini adalah awal, bahwa kalian baru terbangun dari mimpi-mimpi indah perkuliahan. Mimpi yang sudah seharusnya kalian tinggalkan untuk membuatnya menjadi nyata.