23 August 2016

Belajar Sportifitas Sepakbola Dari Kejadian Bodoh di Sepakbola Jerman

Kejadian pengeroyokan wasit oleh pemain Persinga Ngawi, yang hanya dihukum (saat pertandingan) dengan kartu merah (dan pertandingan yang sempat dihentikan selama 30 menit) sangat mengherankan. Kok terlalu ringan gitu. Kalau soal tim yang langsung didiskualifikasi sih saya setuju banget dan gak heran. Lha wong udah kebangetan gitu (meskipun begitu tim masih saja menyalahkan wasit dan menuding ada mafia, juga merasa hukuman diskualifikasi adalah keputusan yang terburu-buru). Aje gile.

Tim level 2 nasional lho, masih main pukul, udah 2016 juga. Kalau mukul wasit, diskualifikasi, dan masih protes, ada baiknya belajar dari kejadian unik yang sangat 'menjengkelkan' di kejuaraan DFB-Pokal 2015/16. Kejadian antara Osnabruck (divisi 3) versus RB Leipzig (divisi 2), dimana Osnabruck sudah memimpin 1-0 di rumah sendiri, tetapi langsung didiskualifikasi menjelang pertandingan berakhir.

Jadi ceritanya, pemain Osnabruck (jersey ungu) sedang melakukan pemanasan di aera belakang gawang tim mereka. Adalah Michael Hohnstedt, pemain Osnabruck #23 yang sedang melakukan pemanasan, masuk ke area pemainan dan mengejek Davie Selke, pemain RB Leipzig #27, yang gagal mencetak gol.

Sumpah, tampang Hohnstedt ngeselin banget. Dia gak tau kalau kejadian setelah itu bakalan sangat buruk. Davie Selke tampak menghiraukan Hohnstedt dan segera mengambil bola untuk melakukan tendangan sudut. Ia terlihat emosi meski hanya mengacungkan jari telunjuk ke arah Hohnstedt. Wasit yang melihat situasi tersebut langsung datang menetralisir keadaan. Tapi bruk! Wasit tertunduk dengan memegang kepalanya.

Lihat cuplikan videonya dibawah ini. Saat tayangan diperjelas, terlihat sebuah korek api plastik berwarna merah melayang dari tribun dan mengenai kepala wasit. Wasit yang kesakitan segera meninggalkan lapangan dan diikuti oleh pemain dari kedua kesebelasan. Pertandingan dihentikan, official mengemasi peralatan, dan penonton kebingungan.




Beberapa saat kemudian presiden klub menjelaskan apa yang terjadi. Osnabruck didiskualifikasi dan RB Leipzig menjadi pemenang dalam pertandingan itu. Selain itu klub juga didenda sejumlah uang, meskipun kemudian RB Leipzig memutuskan ikut untuk membantu pembayaran denda (iya dong, RB Leipzig untung besar karena menjadi pemenang meskipun sebenarnya kalah 1-0). Gak kebayang gimana ekspresi Hohnstedt tau timnya didiskualifikasi gara-gara ulah tololnya. Harusnya sih ia langsung dilepas oleh klub secara tidak hormat, haha.

Nah, belajar dari ketegasan di Jerman, wasit terkena lemparan dari penonton saja pertandingan langsung dihentikan. Tim terkait langsung didiskualifikasi dari kejuaraan dan gak butuh waktu lama untuk mengambil keputusan (didukung bukti yang kuat sih). Sementara di Indonesia, hukumannya sama sih; tapi cuma berbeda respon. Apalagi pengeroyokan, masuk kategori kriminal tuh.

27 July 2016

Ngomongin Soal Kit Klub Sepakbola dan Profesionalitas

Ada yang bertanya kenapa klub seperti Manchester United harus sampai merilis 3 variasi kit per-musimnya sementara klub seperti Crystal Palace dan Southampton hanya 2 variasi kit saja? Jawabannya antara 'keharusan' dan tentu saja faktor bisnis.

'Harus' karena memang United butuh 3 variasi kit per-musimnya, Ketiga kit tersebut dibuat untuk keperluan pertandingan kandang dan tandang. Kit kandang berwarna merah sudah mutlak. Kit tersebut juga bisa digunakan tandang untuk melawan tim dengan kit berwarna biru, putih, hijau, dan kuning. Tetapi kit tersebut tidak bisa digunakan untuk tandang ke Southampton atau Aston Villa karena kedua tim tersebut (dan cukup banyak di Inggris) mempunyai kit kandang berwarna merah-putih dan claret-blue (merah marun dan biru muda). 

Untuk melawan Southampton (merah-putih), United butuh kit dengan warna gelap (biru atau hitam). Sementara untuk melawan Aston Villa, United butuh kit dengan warna cerah. Kedua variasi kit tersebut tidak bisa ditukar peruntukannya, karena akan terjadi kesamaan tone warna dominan jersey. Jersey putih-merah Southampton tersebut tidak akan kontras jika dihadapkan dengan jersey tim tamu dengan unsur warna dominan merah atau putih. Sementara jersey merah marun Aston Villa akan memiliki tone warna yang sama dengan jersey gelap milik United. Jadi sudah jelas kalau sampai merilis 3 variasi kit tersebut adalah sebuah keharusan, sekaligus menciptakan peluang bisnis tentunya!

Nah, kalau tim seperti Southampton dan Crsytal Palace cuma butuh 2 variasi kit juga memang karena mereka butuhnya cuma 2 saja. Hal itu juga setelah melakukan 'riset' dengan calon seragam tim lawan saat mereka harus bermain tandang. Southampton hanya butuh satu jersey berwarna hijau muda untuk melawan tim dengan jersey berwarna putih, merah, biru, oranye, dan hitam. Pemilihan warna tersebut cukup jenius menurut saya, karena mampu mewakili tone terang dan gelap sekaligus.

Salah satu tone warna terbaik

Jadi intinya pemilihan warna dan keputusan untuk merilis variasi kit seperti di atas adalah untuk menghindari terjadinya colour clash. Colour clash adalah kejadian dimana dua tim bertanding di atas lapangan dengan menggunakan seragam dengan warna yang mirip. Entah sama-sama gelap atau sama-sama terang, kejadian seperti itu menunjukkan ketidakprofesionalan penyelenggara kompetisi (operator liga atau kejuaraan).

Tetapi di Inggris pernah kejadian ding, Manchester City (biru muda) vs Swansea City (putih), kedua seragam mempunyai tone yang sama (cerah) dan yang menonton dari TV agak terganggu. Beruntung kamera dan pencahayaan stadion saat pertandingan (kebetulan waktu itu sedang hujan) tidak semakin 'memperparah' colour clash tersebut.

Beruntung kebantu kamera & lampu!

Ada yang cuma butuh 2-3 variasi kit saja, tetapi ada juga yang butuh sampai 4 (!) variasi kit! Adalah Bordeaux yang butuh kit ke-4 (darurat) untuk menghindari colour clash dengan seragam Angers SCO sebagai tim tuan rumah. Seragam kandang Angers SCO sendiri berwarna putih-hitam seperti kit Juventus, sehingga tidak akan kontras dengan ketiga kit Bordeaux yang ada. Kit darurat tersebut akhirnya hanya memakai template kit sederhana berwarna burgundy. Namanjya juga darurat!

Kalau ini sih kayak tanpa perhitungan, masak 3 kit pertama mempunyai unsur warna yang sama dengan seragam tim tuan rumah. Ada-ada saja. Operator liga yang merekomendasikan kit ke-4 untuk menghindari colour clash layak lah dinilai profesional. Cuma timnya aja yang 'agak ceroboh'.

Kit Bordeaux, terutama kit berwarna navy di sebelah kanan,
Cuma beda warna putih (strip) dan pink (splash).

Colour clash yang sama juga sering terjadi di Indonesia lho. Seperti pertandingan Arema vs Persipura dan Arema vs Perseru beberapa waktu kemarin. Jadi ceritanya, kedua tim dari Papua tersebut 'masih' memakai kit kandang mereka saat tandang ke Arema yang sekarang mempunyai seragam dengan tone warna gelap.

Pertandingan 2016. Lumayan agak kontras, tetapi kalau di
TV malah jadi gelap semua! (faktor kamera & lampu stadion)
Pertandingan beberapa tahun yang lalu. Saat tone warna
seragam Arema agak lebih cerah.

Untuk tahun-tahun sebelumnya sih gak masalah, karena seragam Arema lebih cerah. Tetapi sekarang saat warna seragam mereka lebih gelap, harusnya tim tamu disuruh untuk memakai kit putih dong. Oke mungkin kalau di lapangan warnanya masih agak kontras. Tapi untuk penonton layar kaca, apalagi pertandingan malam (lampu stadion & kamera TV gak sesuai standar), malah jadi gelap semua dan susah bedain kedua tim. Jadi bisa menilai tingkat keprofesionalitasan operator turnamen bukan?

Potensi colour clash di TSC 2016 selanjutnya mungkin saat Persija tandang ke Madura United. Seragam tim Madura United adalah merah-putih (strip), tidak akan kontras kalau Persija main dengan seragam oranye atau putih, mereka butuh kit ketiga yang lebih solid diluar warna oranye, merah, dan putih.

Nah, selain masalah colour clash, sebuah kejuaraan, terutama liga domestik, akan lebih baik kalau menyamaratakan penggunaan font (jenis huruf dan angka) untuk nama dan nomor pemain di seragam. Kalau di Eropa, mungkin cuma Inggris, Perancis, dan Jerman saja yang sudah terkenal menggunakan peraturan jenis font tersebut. Indonesia juga harus bisa!